Sabtu, 12 Mei 2012

ESENSI DAN EKSISTENSI

ESENSI DAN EKSISTENSI
Segala sesuatu memiliki dua prinsip yang menjelaskan keadaannya, yakni esensi dan eksistensi. Pada semua makhluk kecuali Tuhan, kedua hal tersebut (esensi dan eksistensi) diperlukan agar individu benar-benar merasa ada. Masing-masing makhluk berbeda satu sama lain, perbedaan itu nyata dan bukan hanya sekedar logika. Manusia terbentuk atas esensi dan eksistensi. Esensi adalah arti hidup manusia, maka termasuk didalamnya tujuan dan proses hidupnya. Eksistensi adalah keberadaan manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungan serta norma sekitar.Eksistensi juga dapat diartikan cara berada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara berada makhluk lain di dunia. Ada sebuah aliran dalam ilmu filsafat yang memandang semua gejala yang terjadi berasal dari sebuah eksistensi yang disebut eksistensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi. Manusia dapat menentukan dirinya sendiri dengan pandangan mereka sendiri, sedangkan benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang tidak dapat dielakkan. Esensi adalah masalah, sedangkan eksistensi adalah kesepakatan.
Tokoh-tokoh penting dalam eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976), Jean-Paul Sartre (1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gariel Marcel (1889-1973). Namun diantara tokoh-tokoh tersebut memiliki perbedaan namun mereka memiliki persaamaan pandangan bahwa filsafat harus bertitik berat pada manusia yang konkret, manusia yang bereksistensi.
                Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang esensi dan eksistensi adalah tentang kecantikan dan ketampanan. Kecantikan dan ketampanan adalah esensi. Cantik bukanlah molek, ayu, gemulai, manis dan sebagainya. Karena semua itu adalah eksistensi dari kecantikan. Cantik juga bukanlah cantik akibat fisik, tingkah laku dan budaya. Karena semua itu adalah kesepakatan. Memiliki kecantikan adalah esensi. Semua cantik, namun tidak semua mempunyai eksistensi. Cantik yang dilihat mata manusia, yang dirasa perasaan manusia adalah kecantikan yang dianggap dan disepakati oleh manusia lainnya.
            Ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa apa-apa yang bisa dibanggakan dan manusia juga terlahir tidak berdaya. Namun manusia dibekali dengan akal pikiran yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan bahkan mereka gunakan untuk menguasai dunia. Terkadang manusia hanya memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhannya, hanya memikirkan eksistensinya dan berusaha mempertahankan eksistensinya tersebut yang kemudian mengakibatkan mereka lupa dengan esensi diri mereka sendiri. Seharusnya mereka menyadari bahwa hidup yang dijalani tidak hanya berusaha mempertahankan eksistensi mereka, namun lebih dari itu manusia juga harus dapat mengetahui esensi diri mereka. Cara seseorang untuk mencari esensi diri mereka berbeda-beda, hal ini disebabkan latar belakang pengetahuan dan kehidupan yang berbeda.
Mengapa pada akhirnya mereka hanya akan berusaha mempertahankan eksistensinya saja tanpa menemukan esensinya? Karena dalam proses mememukan esensi dirinya, mereka hanya menggunakan panca indra dan akal pikiran saja. Sebenarnya dalam menemukan esensi manusia jika kita berpikir dengan akal sehat, dapat diwakili dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghantarkan kita untuk menemukan essensi manusia yang seutuhnya, yaitu :
1. Siapa aku ini ?
2. Darimana aku ini ?
3. Sedang dimana dan mau apa aku ini ?
4. Tujuan dan akhir hidup aku ini apa ?
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita telah dikonstruksi mengedepankan penilaian fisik sebelum kita lebih mendalami karakter atau sifat seseorang. Mungkin bagi sebagian orang merasa tidak seperti hal tersebut namun menurut penelitian psikologi salah satu daya tarik interpersonal seseorang adalah daya tarik fisik yang memberikan keuntungan bagi orang tersebut untuk memiliki lebih banyak teman. Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa keunggulan fisik  menjadi salah satu penilaian utama pada seseorang.
Kehidupan memang memiliki banyak sisi yang kadang membutakan pikiran manusia. Kesenangan yang tak ada habisnya kadang membuat manusia lupa akan jati dirinya, lupa akan esensi diri mereka sendiri dan hanya berusaha menjaga eksistensi mereka. Justru sebenarnya manusia harus bisa menjaga keseimbangan antara dua aspek kehidupan tersebut. Tidak hanya mempertahankan eksistensi tetapi juga menjaga esensi diri mereka. Satu contoh sesuatu yang sangat esensial, ada tiga orang siswa yang berkata pada dirinya sendiri setelah menerima nilai setelah tes dan mereka gagal menjadi juara. Si A berkata “kalau saja menit-menit terakhir tadi aku berusaha lebih pasti aku jadi juara. Si B berkata “kalau saja lawan-lawanku lebih lambat cara berpikirnya daripada aku,pasti aku juara. Dan si C berkata “kalau saja aku belajar labih keras lagi pasti aku jadi juara”. Dapat kita lihat A dan B menonjolkan eksistensi mereka. Ketika mereka kalah, mereka malihat keberadaan mereka saat tes. Sedangkan si C memandang esensinya dan menyimpulkan bahwa belajarlah yang membuat dia gagal, bukan bagaimana keadaan mereka saat menjalani tes. Ia berpikir jika saja ia belajar lebih keras pasti ia bisa menjadi juara. Belajar menunjukkan proses bukan keberadaannya saat tes berlangsung. Hal itu merupakan salah satu pemikiran yang esensial. Kesadaran akan esensi dapat membuat seseorang sadar jika suatu kekurangan dapat diatasi dengan proses yang berkelanjutan. Esensi adalah arti hidup manusia yakni termasuk tujuan dan proses hidupnya. Oleh karena itu orang yang sadar akan esensi hidupnya akan selalu memikirkan bagaimana cara ia mencapai tujuan hidupnya dengan proses yang baik dan terencana. Bukan hanya memikirkan keberadaannya dalam masyarakat atau dalam kehidupannya.
Banyak peneliti memperdebatkan mana yang lebih dulu, esensi atau eksistensi. Namun menurut pemikiran saya, esensi harus didahulukan karena esensi merupakan dasar dari hidup manusia. Jika esensi dapat diwujudkan dengan baik, maka eksistensi seseorang akan terlihat menonjol dengan sendirinya. Proses yang baik akan memberikan hasil yang baik pula. Bukan berkata mana yang lebih penting tapi mana yang harus didahulukan dan kemudian yang lain. Dua aspek tersebut sama-sama penting dan seseorang akan mendapatkan pengakuan yang baik jika ia dapat memenuhi dua aspek tersebut. Kehidupan yang berkembang terkadang menuntut manusia untuk berkompetisi guna memenuhi kebutuhan hidup mereka yang terkadang melupakan proses serta tujuan hidupnya. Hanya memikirkan bagaimana tubuhnya tetap sehat dan mempertahankan eksistensinya. Keseimbangan dibutuhkan agar kehidupan dapat berjalan selaras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar