Infrastruktur & Kondisi Infrastruktur Keras Fisik
A. Arti Penting Infrastruktur
Infrastuktur itu sendiri terbagi
atas :
1. Infrastruktur Keras Fisik
Meliputi
Jalan Raya, rel kereta api, bandara,dermaga dan pelabuhan, bendungan dan
saluran irigasi , dsb
2. Infrastuktur keras Non Fisik
Berkaitan
dengan fungsi utilitas umum
3. Infrastruktur Lunak
Meliputi berbagai nilai,
norma, serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak
terkait, khusus nya pemerintah.
Infrastuktur merupakan penentu
kelancaran dan akselerasi pembangunan. Tersedianya infrastruktur akan
merangsang pembangunan suatu daerah maupun suatu Negara. Tanpa adanya fasilitas
infrastruktur yang memadai, pasti pembangunan tidak akan berjalan dengan baik.
Pengadaan infrastuktur akan sangat mempengaruhi secara positif perkembangan berbagai sector.
Kondisi infrastruktur yang kurang
merupakan permasalahan yang sudah lama membelenggu Indonesia. Saat ini
pengadaan infrastruktur Indonesia hanya sampai pada taraf minimal, sedangkan
pemeliharaan kurang memadai. Hal ini membuat infrastruktur Indonesia menjadi
susut atau berkurang.
Dari ketiga Jenis Infrastruktur,
infrastruktur lunak yang paling terabaikan, padahal hal ini justru menjadi kian
penting. Hal ini telah mendapat pengakuan internasional, hal ini terlihat pada
pemberian hadiah Nobel Ekonomi tahun 2007 kepada 3 ekonom AS yang mengembangkan
kerangka teori baru ekonomi yang menekankan pentingnya kerangka institusional.
Dari hal ini dapat di simpulkan
bahwa infrastruktur dapat didefinisikan pengorganisasian sistem struktur sebagai
kebutuhan dasar fisik yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik
dan sektor privat sebagai layanan
dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.
B. Kondisi
Infrastruktur Keras Fisik
1. Gambaran Sekilas
Kondisi infrastruktur keras fisik di
Indonesia benar benar memprihatinkan. Hal ini terbukti bahwa Indonesi
tergolong sebagai salah satu Negara
dengan infrastruktur terburuk. Di Indonesia keadaan berbagai elemen
infrastruktur makin memburuk akibat terbatasnya anggaran pemeliharaan. Pihak
swasta yang di harapkan memainkan peranan besar ternyata tidak member sumbangan
yang signifikan sehingga pembiayaan nasional untuk pembangunan infrastruktur
menunjukkan penurunan. Pemerintah seharusnya lebih serius dalam menghadapi masalah ini dimana Indonesia
sudah mencapai suatu titik kritis. Kelancaran arus manusia dan barang kian
penting untuk meningkatkan daya tarik investasi sebagai bagian dari system
jaringan produksi global sehingga tak hanya menjadi penonton dalam proses
integrasi ekonomi dunia.
2. Infrastruktur Jalan Raya
Kondisi jalan raya di negara kita
sangat tidak memadai dengan jumlah kendaraan yang digunakan oleh masyarakat
setiap harinya. Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan raya yang tidak
seimbang dengan penambahan jumlah kendaraan tersebut bisa menjadi salah satu
faktor penghambat kegiatan ekonomi nasional. Jalan keluar dari masalah
kemacetan yang bisa menghambat adalah dengan menggunakan jalan tol. Namun
ternyata panjang jalan tol di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan
dengan negara lain. Yang menjadi kendala pemerintah dalam pembangunan jalan tol
adalah biayanya yang mahal, khususnya untuk pembebasan tanah. Tidak hanya jalan
tol, jalan raya biasa atau jalan arteri jumlahnya juga sangat minim, tidak
hanya dalam hal jumlah, tetapi juga kualitas jalan yang sangat memprihatinkan.
Menurut survei Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI, selama periode
2002-2004, kondisi jalan raya di Indonesia yang berada dalam kondisi baik hanya
20 persen, sedangkan sisanya dalam kondisi sedang, rusak ringan, dan rusak
berat. Kerusakan jalan banyak terjadi di perkotaan karena jumlah kendaraan yang
semakin padat. Hal itu tentu mengahambat aktivitas ekonomi dan social, karena
kota merupakani urat nadi kehidupan ekonomi sosial nasional.
Pembangunan jalan raya di
Indonesia masih terpusat di Jawa dan Sumatera karena dianggap memiliki jumlah
penduduk yang tinggi, sedangkan di daerah lain seperti Kalimantan dan Papua
masih sangat minim. Hal ini menunjukkan pembangunan jalan raya yang ada hanya
untuk menutup kebutuhan sarana transportasi yang mendesak, tidak untuk
perencanaan jangka panjang sesuai luas dan potensi wilayah tersebut. Perbaikan
infrastruktur yang dilakukan di Indonesia kebanyakan hanya dilakukan sebagian
pada bagian jalan yang rusak dan tidak menyeluruh yang justru hanya menunda
persoalan dan akhirnya biaya perbaikan menjadi tidak efektif.
3. Infrastuktur Perkeretaapian
Transportasi Kereta Api masih
menjadi favorit penumpang pada umunya karena bebas macet dan biaya yang relatif murah.
·Masalah
yang muncul :
1. Jumlah penumpang
yang semakin membludak setiap harinya hingga naik ke atap kereta api seperti
KRL jabodetabek yang semakin efisisen lantaran penumpang dapat menikmati
layanan tanpa membeli karcis.
2. Penyusutan infrastruktur KA yang signifikan seperti panjang rel yang ada
2. Penyusutan infrastruktur KA yang signifikan seperti panjang rel yang ada
3. Penggunaan palang pintu perlintasan
kereta api masih menggunakan system “listrik campur” yakni sebagaian mengandalkan
listrik tetapi sebagian menngunakan tenaga manusia untuk menaik-turunkan palang
lintasan.
·Akibat
yang ditimbulkan :
1. Minimnya dana
pembangunan infrastruktur, sekedar memperpanjang rel dan menambah jumlah
lokomotif dan gerbang saja tidak mampu,
sehingga membuat PT KAI kewalahan dalam mengadakan kontrol ketat.
2. Sejumlah jalur yang tidak aktif membuat rel d bongkar bahkan di curi.
2. Sejumlah jalur yang tidak aktif membuat rel d bongkar bahkan di curi.
3. Semakin menyusutnya jumlah
stasiun dan lokasi pemberhentian (530 lokasi) yang merugikan PT KAI karena
banyak tanah dan stasiunnya menjadi hunian liar.
3. Infrastruktur Pelabuhan
Indonesia sebagai negara pemilik
fasilitas infrastruktur pelabuhan
teburuk.
Hal ini dapat dilihat dari
fasilitas yang standar, perawatan, dan fasilitas penunjang di berbagai
pelabuhan yang begitu buruk. Belum lagi macetnya kapal-kapal yang akan merapat
di Pulau Jawa menujukkan buruknya fasilitas pelabuhan baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.
Masih begitu banyak yang harus
dilakukan agar Indonesia dapat memerankan peran ilmiahnya sebagai negara
maritim. Rendahnya efisien pelayanan dan kualitas infrastruktur pelabuhan
tersebut membawa dampak negatif langsung terhadap biaya transportasi laut di
Indonesia.
Biaya transportasi laut Indonesia
terhitung sangat mahal. Ini merupakan dampak dari keterbatasan infrastruktur
yang sangat merugikan ekspor Indonesia. Saking buruknya pengelolaan buruk
pelabuhan di Indonesia, muncul usulan agar dilakukan outsourching, yakni
penyerahan pelabuhan-pelabuhan yang ada kepada asing yang dirasa lebih mampu
merawatnya.
Saat ini ada 2 pelabuhan yang
telah dikelola oleh asing yakni Tanjung Priok oleh perusahaan Hongkong dan
Tanjung Perak oleh perusahaan Australia. Namun, lebih dari satu dasawarsa ini,
ternyata privatisasi dan kehadiran asing tidak memberikan banyak manfaat bagi
pelayaran nasional.
BOR (Berth Occupancy Ratio)
Yaitu tingkat pemanfaatan
pelabuhan. BOR di Indonesia umumnya rendah. Ada 23 pelabuhan yang strategis
namun tingkat BOR-nya dibawah 30%, dan pelabuhan yang lain diatas 70%. Dan
umumnya pelabuhan yang BOR-nya tinggi tersebut tidak ada penambahan
infrastruktur yang berarti. Ini menunjukkan tidak meratanya tingkat pemanfaatan
pelabuhan yang ada, dan tidak meratanya infrastruktur yang tersedia.
KETERSEDIAAN DAN KUALITAS KAPAL
Kapal-kapal yang mengarungi laut
Indonesia masih jauh dari kecukupan. Dengan luas wilayah laut sebesar 6,1 juta
km2 , Indonesia hanya memiliki 4.213 kapal (rasio kepadatan 1 kapal
tiap 1.453 Km2). Belum lagi permasalahan buruknya kualitas kapal
yang kebanyakan rongsokan dari negara lain dan lama penggunaannya lebih dari
Indonesia menggunakan kapal dengan waktu 21 tahun, padahal di negara-negara
lain batas waktu penggunaan kapal maksimal 16 tahun. Hal ini yang menyebabkan
banyaknya kecelakaan yang terjadi dan memakan banyak korban. Banyak kapal-kapal
yang melebihi batas muatan dan umumnya tidak terdeteksi oleh pihak yang
berwenang. Ini menunjukkan betapa lemahnya pengawasan yang ada di perairan
Indonesia, yang sangat merugikan. Baik memakan korban saat kecelakaan dan juga
banyaknya wilayah Indonesia yang direbut oleh negara tetangga akibat kurangnya
penjagaan di perbatasan kita.
4. Infrastuktur Pertanian
Infrastruktur pertanian yang ada
di Indonesia hampir tidak mengalami pembangunan, bahkan yang terjadi adalah
penurunan kualitas, seperti alih fungsi saluran irigasi yang menyebabkan lahan
pertanian kekurangan air dan berakibat pada hasil panen yang kurang baik,
bahkan ada juga lahan yang diganti dengan tanaman palawija dan perkebunan,
serta lebih buruk lagi ada pula lahan yang ditelantarkan. Hal ini tentu
mempengaruhi kestabilan pangan dalam negeri, bisa dilihat dari harga beras yang
terus naik dari waktu ke waktu. Indonesia belum mampu mengembangkan teknologi
pertaniannya dalam hal pangan dan tertinggal dengan negara agraris lain yang
telah mampu melakukan rekayasa genetika untuk menghasilkan komoditi pangan yang
baru yang tentunya menjadi sebuah peningkatan bagi negara tersebut. Namun
menurut BPS, produksi beras nasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi
tetapi mengapa harga beras semakin lama semakin naik, padahal secara logika
jika produksi naik begitu tinggi, dan suplai beras di pasar melimpah, malah
semestinya harga turun, bukannya terus melambung. Kebijakan pangan harus
dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur pertanian, baik perbaikan irigasi
maupun pengembangan teknologi pangan untuk menggerakkan sektor pertanian
nasional.
thanks
BalasHapus